Sabtu, 25 Februari 2012

Kuasa dan Berkat di Balik Sebuah Doa Teks: Daniel Pasal 2 dan II Korintus 12:7-10


Untuk memahami makna “kuasa dan berkat dibalik sebuah doa” ada baiknya bila kita  berpaling pada dua episode menarik dalam Alkitab.  Yang pertama terekam dalam kitab Daniel pasal 2 dan yang kedua adalah sebuah kesaksian dari rasul Paulus yang tertulis dalam II Korintus 12: 7-10. 

Doa melenyapkan Masalah
Daniel pasal 2 menceritakan kisah ketika Daniel harus menghadapi “mission-impossible” – menafsir mimpi tanpa tahu apa isi mimpi tersebut.  Kala maut mengancam, bukan hanya dia, namun seluruh kaum cendekiawan Babil, Daniel mengajak teman-temannya berdoa.  Usai berdoa, mukjizat terjadi! Allah menyingkapkan rahasia mimpi Nebukadnezar plus maknanya.  Selamatlah Daniel dari seluruh cendekiawan Babel.  Doa adalah  “sarana” ampuh untuk melenyapkan masalah.

Kebenaran bahwa doa menjadi “solusi ampuh” terhadap masalah manusia terbukti lagi kurang lebih 125 tahun silam, kala kawasan pertanian di Minesota terancam oleh serangan hama belalang yang dashyat.  Di tengah-tengah ancaman musnahnya hasil panen, Gubernur Minesota, John S. Pillsbury mengajak seluruh penduduk Minesota berdoa dan berpuasa mohon agar Allah melakukan mukjizat.  Tanggal 26 April 1877, kota Minesota menjadi sunyi, karena seluruh tokoh, perkantoran, bengkel dan sentra-sentra bisnis tutup. Seluruh penduduk kota khusus berdoa dan puasa.  Hasilnya?  Luar biasa! Empat hari sesudah itu, terjadi keajaiban alam yang mengakibatkan turunnya embun beku di musim panas yang menyapu habis seluruh belalang muda yang sudah siap mengganyang panen gandum para petani Minesota.  Mukjizat terjadi! Masalah lenyap! Itulah kuasa dan berkat yang kerap dialami umat Allah kala mereka berpaling kepada Allah di dalam doa.
Doa Mengubah Kita
Episode yang kedua merupakan kesaksian Pribadi dari Rasul Paulus yang sedang menghadapi suatu masalah yang cukup serius, “sebuah duri di dalam daging”.  Beberapa penafsir Kitab Suci memahami “duri di dalam daging ini” sebagai suatu penyakit.  Jerome dan Tertulianus sebagai misal, mengidentikan duri di dalam daging ini dengan sakit kepala yang hebat, sementara William Barclay menganggapnya sebagai penyakit malaria kronis yang kalau kambuh mengakibatkan kepala seperti dilubangi ‘bor panas’. 
Apa yang dilakukan oleh Paulus kala mengalami “duri di dalam daging ini”?  Dua Korintus 12:8, dengan jelas menulis bahwa Paulus berdoa dengan sungguh-sungguh.  Lalu apa “buah” dari doanya?  Situasi yang berubah atau Masalah yang dilenyapkan?  Sama sekali tidak! Masalah tetap ada di sana; Situasi tidak berubah.  Lalu apanya yang berubah?  Yang berubah adalah diri Paulus sendiri.  Bagi Paulus, penderitaan dan kesesakan bukan lagi hal yang melulu negatif, yang harus ditanggapi dengan “tangan yang terkepal”, omelan, bahkan umpatan kepada Tuhan.  Penderitaan dan kesesakan adalah suatu sarana yang positif untuk mengalami kesempurnaan kuasa Allah melalui penyerahan diri secara mutlak kepada Dia yang bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihinya.

Pada awal abad yang lalu, Alabama Selatan diancam oleh serangan jutaan kumbang.  Sudah pasti ada orang-orang percaya yang sungguh-sungguh berdoa agar mereka bisa terhindar dari bencana tersebut.  Namun, Allah memilih jalan lain.  Dia mengijinkan  jutaan kumbang  menghancurkan tanaman kapas, komiditi utama di tanah tersebut.  Namun, yang luar biasa adalah kejadian yang terjadi beberapa tahun sesudah itu.  Doa yang tidak terkabul itu ternyata mengubah perspektif penduduk setempat.  Mereka tahu bahwa mereka harus melakukan diversifikasi penanaman.  Maka mulailah mereka menanam kacang, kedelai, jagung, gandum, sayur-mayur dan tanaman lainnya.  Hasilnya daerah Alabama selatan mengalami kemajuan ekonomi yang luar biasa.
Itulah sisi lain dari kuasa dan berkat di balik sebuah doa: Suatu perubahan diri, suatu perubahan perspektif. Doa bukanlah garansi untuk menerima apa yang kita minta.  Juga bila ia kita naikan dengan penuh kesungguhan, sebab Allah bukanlah seperti ‘jin Aladin” yang siap berkata “ya” terhadap permintaan para pendoa. Namun doa selalu menjanjikan “sayap-sayap” iman kepada mereka yang tekun berdoa, hingga mereka dapat melalui gunung-gunung masalah dan lembah-lembah ujian dengan penuh kerelaan, ketabahan, ucapan syukur dan sukacita, hingga tercapai kemenangan yang gilang gemilang.
Aku minta kesehatan, supaya bisa mengerjakan hal-hal yang lebih besar.
Tetapi aku diberi sakit, supaya bisa mengerjakan hal-hal yang lebih baik.
Aku meminta kekuatan, supaya bisa mencapai prestasi-prestasi hebat.
Tetapi aku dibuat lemah, supaya bisa belajar untuk taat.
Aku minta kekayaan, supaya bisa berbahagia.
Tetapi aku diberi kekurangan, supaya aku bisa arif dan bijaksana.
Aku minta semua, agar bisa menikmati hidup.
Aku diberi hidup, supaya bisa menikmati semua.
Aku tidak memperoleh apa yang kuminta, tetapi doaku dijawab.
Sebab itu di antara semua orang, akulah orang yang  paling  berlimpah berkat.

Kuasa dan berkat tertinggi di dalam doa terjadi kala seseorang sanggup berkata, “Bukan kehendakku, melainkan kehendakMu yang harus terjadi”  Kuasa dan berkat tertinggi terjadi di dalam doa terjadi kala seseorang sanggup berkata, “Gunung-gunung masalah memang masih ada di sana, namun kini Allah telah memberiku ‘sepatu yang cukup kuat’ untuk mendakinya.”  Doa memang kadang seolah tak berkuasa mengubah situasi kita, namun doa selalu kita hingga kita sanggup menang terhadap segala situasi.  

Aku minta kekuatan, agar aku mendapat,
Ia memberi kelemahan agar aku taat.
Aku minta kesehatan, agar aku mengerjakan yang lebih besar.
Ia memberi anugerah, agar aku mengerjakan yang lebih baik.


God bless us

Tidak ada komentar: